Sandra Dewi, Jadi Ketua Geng Motor
Sandra Dewi muncul bak meteor. Media sepertinya tak habis membahas kiprahnya. Berikut kisah hidupnya hingga bisa sukses seperti sekarang.
Nama asliku cukup panjang, Monica Nichole Sandra Dewi Gunawan. Sejak lahir (Pangkal Pinang, 8 Agustus 1983), kata orangtuaku, aku adalah anak pembawa hoki. Ups... bukan bermaksud sombong ya, karena banyak orang yang juga ngomong begitu. Katanya sih, wajahku tuh, tipe yang tersenyum terus. Aku sendiri makin yakin wajahku membawa hoki. Wajahku mungkin semanis cokelat, karena sewaktu mengadung aku, Mami ngidam cokelat. Hahaha.
Sebagai anak pertama, orangtuaku, Papi Andreas Gunawan Basri asal Palembang dan Mami Catharina Erliani asli Bangka sangat sayang dan selalu membangga-banggakan aku. Aku punya dua adik, Kartika Dewi dan Raymond Gunawan. Dengan Kartika umurku cuma berbeda setahun. Hidup kami sederhana, kompak dan akrab satu dengan yang lainnya.
Di hari libur, kami paling banter pergi ke pantai atau ke hutan. Maklum, di Pangkal Pinang tak ada mal. Kami naik vespa bersama Papi dan Mami. Ketika Papi sudah bisa membeli mobil, barulah kami jalan-jalan dengan leluasa enggak berdesakan seperti naik vespa.
Sewaktu kecil, aku enggak ada cantik-cantiknya, malah aku tak punya rambut. Katanya juga sih, aku bayi yang pintar. Enggak rewel. Aku bisa cepat berjalan dan membaca. Sehingga enggak merepotkan. Kalau diajari sesuatu cepat paham.
Karena enggak bikin susah, nenekku dari Jakarta sayang dan senang jika dekat denganku. Sebagai cucu pertama, di usia 3 tahun aku dibawa nenek ke Jakarta. Setelah cukup umur aku masuk sekolah Taman Kanak-kanak di daerah Grogol, Jakarta Barat.
Lantaran selalu dekat dengan nenek, aku memanggilnya Mama. Sampai sekarang panggilan itu aku pakai. Hampir setiap hari, aku diantar jemput dari sekolah oleh nenek. Biasanya sepulang sekolah aku diajak nenek mampir ke pasar Grogol makan soto Betawi. Sampai sekarang aku masih dimanjakan nenek. Saudara-saudaraku bilang aku cucu kesayangan nenek.
Hingga suatu hari, Papi meminta ke nenek agar aku diantar pulang ke Pangkal Pinang. Rupanya Papi khawatir aku tak dekat lagi dengan orangtua dan adik-adiknya. Apalagi aku sudah memanggil nenek dengan sebutan mama. Lucunya, aku sendiri sempat ketakutan akan ditingalkan nenek.
Ceritanya, setelah berpisah dengan aku, nenek sempat sakit dan aku sendiri lebih kurus. Nenek yang kangen sempat meminta ke Papi untuk mengantarkan aku ke Jakarta, tapi tak dituruti. Kata Papi, nanti aku jauh sama keluarga lagi. Akhirnya nenek yang datang lagi ke Pangkal Pinang. Wah, aku senang banget.
Lama terpisah, aku harus mulai beradaptasi dengan keluargaku. Sejak kembali ke rumah aku kerap dipanggil Anak Jakarta. Penampilanku juga gaya dan keren banget, selalu pakai topi yang ada renda-rendanya seperti tokoh di film top waktu itu, Little Missy.
Berkhayal Jadi Artis
Waktu SD, aku termasuk berprestasi. Selain sering dapat rangking bagus, dari kelas 1 sampai kelas 6 aku selalu menjadi ketua kelas. Hanya di kelasku yang ketuanya wanita. Mungkin karena jiwa pemimpin itu, aku selalu membela teman-temanku yang lemah. Di kelas 3 aku sering membawa penggaris besar pada jam istirahat. Fungsinya untuk memukul anak-anak kelas lain yang mengganggu teman-teman wanita di kelasku. Galak ya?
Oh, ya salah seorang wali kelasku di SD beberapa waktu lalu sempat ingin memastikan, bahwa Sandra Dewi yang disaksikan di sinetron Cinta Indah adalah bekas muridnya. Wali kelasku hampir tidak percaya, sebab aku dibilang dekil dan hitam. Tomboy lagi.
Sewaktu di sekolah aku adalah anak yang aktif. Segala macam lomba aku ikuti. Dari lomba menyanyi hingga cepat-tepat. Pokoknya aku enggak pernah absen, karena ingin menjadi juara dan menonjol. Aku selalu bermimpi suatu saat nanti aku akan menjadi orang terkenal seperti artis. Kadang, kalau sedang di hutan, aku selalu mendongakkan kepala ke atas, melihat dedaunan sambil berkhayal alangkah indahnya menjadi artis.
Aku sering bermimpi menjadi seorang puteri, seperti di film Aladdin dan Beauty and The Beast. Aku memang suka cerita kartun walt disney. Kalau lagi di Jakarta, aku selalu minta menonton film kartun animasi. Sampai sekarang, lagu A Whole New World, theme song Aladdin selalu menjadi inspirasi dan motivasiku. Kadang di sela-sela syuting, kalau lagi sendiri, aku senang dengerin lagu itu. Tak jarang aku menitikkan air mata. Lamunanku langsung terbang ke masa kecilku yang indah dan sering main di hutan dan pantai.
Hutan dan pantai memang jadi tempat main yang menyenangkan buat aku. Setelah makan dan mengerjakan PR di rumah, biasanya aku bersama teman-teman naik sepeda ke hutan dan naik turun-gunung. Di kelas 5 SD, aku sudah sering hiking.
Selain bermain aku senang makan. Makanan kegemaranku sayur lempa darat, yaitu sayur-sayuran pakai bumbu terasi. Lalu lempa kuning, masakan ikan pakai nenas. Wah, makanku banyak banget jika ada lauk itu. Di sekolah aku juga sering jajan seperti somay, pempek dan bakso. Hebatnya aku bisa habis tiga porsi sekali jajan.
Hobi Belajar di Pohon
Nah, setelah aku mendapat haid, di kelas 6 SD, sifat tomboy-ku mulai berkurang. Aku mulai agak feminin, pakai rok, pakai jepit rambut dan mulai ada jerawat. Aku juga mulai menjaga jarak dengan lawan jenis, sebab sudah mulai malu.
Di SMP aku mulai menajangkan rambut. Aku agak surprise karena kata guruku, aku cantik kalau rambut panjang. Tapi rupanya sifat tomboy-ku tak hilang. Jika dahulu suka bersepeda, kala itu aku gemar bersepeda motor. Pokoknya main terus. Bahkan aku sempat bikin geng motor. Anggotanya 20 perempuan dan 10 pria. Tahu enggak, ketuanya aku. Geng motorku suka jalan-jalan ke pantai atau ke gunung.
Karena sering main, Papi sampai khawatir. Sehingga Papi lebih suka jika teman-temanku bermain di rumah saja. Kebetulan rumahku luas banget, banyak pepohonan. Aku kalau belajar atau mengerjakan PR sering duduk di pohon, seperti burung. Menurutku, mengerjakan PR di atas pohon ada keasyikan tersendiri.
Lantaran hampir setiap hari nangkring di pohon itu, seiring bertambahnya usia, dahannya sampai bengkok lo, menahan beban tubuhku. Saat aku SMA, pohon itu pun tumbang. Kata Mami, itu gara-gara enggak kuat menahan bobot tubuhku. Sudih juga, sih enggak ada tempat nangkring favorit.
Eh, walaupun senang main, prestasiku di sekolah selalu bagus loh. Aku punya kebiasaan bangun jam 2 - 3 pagi untuk belajar hingga jam 6 pagi, lalu mandi, sarapan dan sekolah. Aku merasa enak balajar saat dini hari. Papi sempat khawatir dengan pola belajarku itu, tapi lambat-laun dia maklum. Katanya, aku ambisius.
Minggu depan: Berawal dari kekurangan uang saku, Sandra mulai berbisnis kecil-kecilan. Sandra makin senang berbisnis karena bisa membeli barang sendiri dan tabungannya makin banyak. Mungkin gara-gara itu, tak terpikirkan oleh Sandra untuk berpacaran.
Kisah yang Seru...ternyata dibalik wajah yang terkesan lemah lembut ternyata ada jiwa patriot,ketegasan,kemandirian,cuek...
Sepertinya qt harus banyak belajar yang positif-positif dari artis yang satu ini...
No comments:
Post a Comment